kolaborasi sumut

Rapat Kolaborasi Sumut Berkah Bersama Dinas LHK Sumut, AMPHIBI Tawarkan Program Penukaran Kemasan Produk ke Produsen 

Medan - AMPHIBI (Aliansi Masyarakat Pemerhati Lingkungan Hidup & B3 Indonesia) menghadiri undangan rapat Kolaborasi Sumut Berkah Bersama Dinas LHK Sumut.

Selain AMPHIBI, rapat Kolaborasi juga dihadiri team Net Zero Waste Consortium dari Jakarta, Ikatan Pemulung Indonesia, Bank Sumut, Bank Indonesia, Bank BSI, PT.Pegadaian serta puluhan Produsen Produk Kemasan dalam Menuntaskan Sampah Plastik kemasan bermerek yang tidak tertangani di Sumatera Utara.

Rapat Kolaborasi yang dimotori oleh Dinas LHK Sumut tersebut mengundang sekitar 50 Perusahaan selaku Produsen Produk Kemasan yang dilaksanakan di Gedung Dinas LHK Prov.Sumut lantai 3 Jl.Sisingamangaraja Simpang Marendal kota Medan pada,
Selasa(29/04/2025).

Kadis LHK Sumut, Yuliana Siregar saat membuka rapat tersebut  menjelaskan permasalahan sampah di Sumatera Utara harus segera terselesaikan. Dengan melibatkan Produsen penghasil sampah kemasan produk dibutuhkan kerjasama masyarakat yang kita beri nama Kolaborasi Sumut Berkah.
  
Dari sekian banyak yang hadir Namun sangat disayangkan, PT Unilever disebutkan tak dapat hadir. Menurut Yuliana belum ada kabar pasti soal ketidakhadiran perusahaan besar tersebut.

"Jadi butuh kolaborasi dengan berbagai pihak. Sampah kan ada produsen sampahnya. Jadi rapat tadi hanya untuk penanganan sampah aja," kata Yuliana Siregar.

"Oh gak tau, gak ada bilang tadi alasannya apa, nanti akan kita surati dulu dia (Unilever)." tegas Yuliana.

Selanjutnya, Ketua Umum AMPHIBI Agus Salim Tanjung  mengharapkan kehadiran dari pihak Unilever.

Sebagai organisasi pemerhati lingkungan menurutnya perusahaan tersebut termasuk produsen penghasil sampah terbanyak dalam bentuk kemasan.

"Nah yang kita harapkan tadi (perusahaan) Unilever hadir, karena dia paling banyak (menghasilkan sampah) kemasan-kemasan yang tidak bernilai, kecil-kecil gitu kan," kata presiden Amphibi tersebut.

"Ini menjadi satu perhatian juga, untuk mengelola sampah dengan permen LHK nomor 75 tahun 2019 tentang pengelolaan sampah produsen," katanya lagi.

Sangat memprihatinkan soal urusan sampah yang masih jadi persoalan di Sumatera Utara. 

Hal menarik dalam pembahasan bersama, Ketua Umum AMPHIBI (Aliansi Masyarakat Pemerhati Lingkungan & B3) memberikan penawaran kepada pihak-pihak perusahaan untuk menampung penukaran sampah.

Diterangkannya, seperti 10 kemasan sampah produk baik itu makanan, minuman, minyak goreng, dan lainnya, yang berasal dari produsen pertukaran jadi 1 kemasan produk.


Jadi kita menawarkan sistem penukaran [mie instan kemasan cup], misalnya 10 kemasan ditukar dengan 1 [kemasan cup]. Begitu juga kayak merek (minuman) Aqua, sudah kita sampaikan tadi mau.10 botol (minuman) Aqua ditukar 1 botol, begitulah seterusnya,” ungkap Agus Salim Tanjung.

Kampanye Penukaran Sampah Produk Produsen

Agus Salim berencana akan mengkampanyekan penukaran sampah yang nantinya bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup dan perusahaan-perusahaan terkait penghasil sampah yang ada di Sumatera Utara.

"Jadi di sini (Dinas Lingkungan Hidup) base camp awalnya. 2 Minggu lagi kita akan kampanyekan selama 6 bulan. Jadi penukaran barang produk tadi, dikemas dengan kemasan. Itu nanti akan dikembalikan kepada perusahaan, jangan seperti kata Buk Kadis, banyak yang masuk sampahnya numpuk. Nah itu yang jadi masalah," ungkap Agus Salim.


“Kita juga nanti akan menciptakan teknologi juga, tadi Bank Sumut juga mem-backup,” sambung Agus Salim.

Mengutip berdasarkan data dari SIPNSN kalau komposisi sampah yang bersumber dari 5 kabupaten/kota pada tahun 2024 itu diantaranya terdiri dari sampah organik sebesar 43,51 % selebihnya sampah an-organik yang sulit terurai yang berasal dari plastik, kaca, logam, karton, kertas, dan lain-lainnya.

Dalam hal ini pemerintah Dinas Lingkungan Hidup mengajak berbagai pihak organisasi kemasyarakatan turut berperan aktif dalam penanganan mengatasi masalah sampah.


Ahmad Syafruddin selaku perwakilan Konsorsium Manajemen Lingkungan Hidup menjelaskan kalau soal sampah masih belum ada perubahan sejak 2023 lalu.


"2-3 tahun penelitian kami melalui sampah sampai tahun 2023, masih belum banyak perubahan, artiknya sampah plastik masih jadi masalah." ujar Ahmad Syafruddin di gedung lantai 3 Dinas Lingkungan Hidup, Selasa (29/4).

Selain itu, menurut pengamatannya ada banyak jenis sampah yang mendominasi yakni sampah dan organik.

Kemasan) sachet, bungkus mie instan itu banyak mendominasi (berserak) di TPA, kemudian di badan-badan air, sungai, danau, rawa bahkan di laut itu problemnya.”terangnya.

Menurut Ahmad, persoalan sampah ini memang berat tanpa adanya kerjasama dari semua pihak.

Soalnya dia Menyebutkan tidak mudah mengumpulkan secara sampah terpilah dan kemudian investor yang mau bersedia menjadi pelebur ramah lingkungan tanpa polusi lingkungan.


“Agak sulit sih memang, tapi dengan pertemuan tadi sebenarnya, ada optimisme gitulah, bisa menyampaikan rencana mereka terkait penanganan sampah di lingkungan itu,” kata Ahmad Syafruddin.

Setelah itu, Ahmad juga menjelaskan pendapatnya soal alat pendaur ulang yang kemungkinan menghasilkan produk yang berkualitas rendah. Namun hal ini, menurutnya sebagai salah satu upaya penanganan sampah yang ada di kota Medan.


"Masalah utama itu tadi, pertama mengumpulkan sampah itu secara terpilah. Kedua adalah investasi di alat itu sendiri, kan perlu alat khusus untuk mendaur ulang. Plastik diperuntukkan bahan baku plastik kembali dengan kualitas lebih rendah misalnya. Tapi kan perlu alat, nah itu perlu investasi (Investor)," kata Syafrudin.

Siapa yang Menginvestasi?

Ahmad Syafrudin menjelaskan kalau Sumatera Utara khususnya di Medan sendiri, belum ada yang berani untuk menginvestor alat yang dimaksudkan sebagai solusi penanganan sampah yang dibahas.

“Di Indonesia belum ada yang berani berinvestasi, tetapi ada investor-investor asing, maksudnya dari Jepang, mereka siap membantu sepanjang ada keinginan politik dari pemerintah setempat.” terang Pendiri NZWM tersebut.

Menurutnya juga, proses pengelolaaan sampah harus dibangun di area sekitar pabrik yang melakukan peleburan dan pembakaran steam (uap), seperti pabrik baja, pabrik kertas, atau sejenis pabrik pupuk.

"Kalau di Medan kita tahu ada Kawasan Industri Medan (KIM). Di KIM itu ada pabrik baja, itu memerlukan steam (uap panas). Uap panas itu untuk menggerakan turbin di pabrik baja. Nah proses pengelolaan sampah harus dibangun di kawasan yang dekat pabrik baja tadi." ucap Ahmad.

Bisa pabrik baja, bisa pabrik kertas kayak Indorayon, Toba Pulp Lestari ya, itu juga memerlukan steam, atau bisa juga perusahaan Petrokimia." ungkapnya.()

Posting Komentar

emo-but-icon

LEMBAGA LINGKUNGAN HIDUP AMPHIBI

LEMBAGA LINGKUNGAN HIDUP AMPHIBI

Follow Us

Comments

Recent

Populer Post

item